Senandung lagu cinta tercipta untukmu
Yang getarkan jiwa ini lumpuhkan jantungku
Kecantikan sempurna yang tak terlukiskan
Bahagiakan diri ini saat bersamamu
Meskipun kusadari tak mungkin memelukmu
Waktu kau isyaratkan bahwa dirimu tlah bersamanya
Tatap matamu tuk yang terakhir
siksa bathinkun yang mencintaimu
Kupasrahkan pada ilahi...relakanmu untuknya...
Jurang yang dalam pisahkan kita
Yang tak mungkin untuk dilalui
Biarlah lagu cinta ini terdengar dalam kalbu
Lekuk tubuh anggunmu bagaikan sang dewi
Di dalam sanubariku terukir wajahmu
Meskipun kusadari tak mungkin memelukmu
Waktu kau isyaratkan bahwa dirimu tlah bersamanya
Berita_ID
Senin, 24 September 2012
Minggu, 09 September 2012
Penjernih Pengganti Pb-Asetat untuk Pengukuran Kadar Sukrosa
Pengukuran kadar gula (sukrosa) dengan
metode polarimetri memerlukan bahan penjernih nira atau produk gula lain yang
akan dianalisis. Selama ini bahan penjernih yang di-gunakan adalah timbal
asetat yang di-ketahui bersifat racun kuat yang akumulatif. Penggunaan bahan
ini cukup banyak, tidak kurang dari seratus kilogram per pabrik per musim
giling, sehingga pembuangan limbah akan menimbulkan masalah lingkungan. Di
samping itu, penggunaan timbal asetat mengalami hambatan (proses pe-nyaringan
lama) bila kadar dekstran dalam nira tinggi. Penggunaan Pb-asetat sebagai
penjernih dalam analisis pol (kadar sukrosa) sejak 1990 tidak direkomendasi
oleh International Com-mission for Uniform Method of Sugar Analysis (ICUMSA)
sehingga perlu dicarikan penggantinya.
Telah ditemukan dua alternatif pengganti Pb asetat (ICUMSA) yaitu Aluminium sulfat dan penjernih formula 2 yang masih dalam skala labo-ratorium. Bahan penjernih terdiri dari aluminium sulfat 0,9 M dan NaOH 4,4 M dalam komposisi volume yang sama. Bahan penjernih ini telah di-masyarakatkan dengan nama PSUT 94-1. Bahan penjernih ini telah digunakan antara lain di PG wilayah PT. Perkebunan Nusantara X (Persero), PT. Perkebunan Nusantara XI dan PT. RNI. Penjernih formula 2 tersusun dari poli aluminium klorida dan kalsium oksida. Keunggulan dari formula kedua tersebut adalah tidak bersifat racun, dan dapat digunakan untuk analisis nira yang mengandung dekstran cukup tinggi. Uji coba formula tersebut telah dilakukan di sepuluh pabrik gula di Jawa Timur.
Cara membuat indikator ATB :
a. Alat dan bahan :
b. Cara Kerja :
|
Memanfaatkan Blotong, Limbah Pabrik Gula
Salah satu limbah yang dihasilkan PG dalam
proses pembuatan gula adalah blotong, limbah ini keluar dari proses dalam
bentuk padat mengandung air dan masih ber temperatur cukup tinggi < panas
>, berbentuk seperti tanah, sebenarnya adalah serat tebu yang bercampur
kotoran yang dipisahkan dari nira. Komposisi blotong terdiri dari sabut, wax
dan fat kasar, protein kasar,gula, total abu,SiO2, CaO, P2O5 dan MgO. Komposisi
ini berbeda prosentasenya dari satu PG dengan PG lainnya, bergantung pada pola
produksi dan
asal tebu.
Selama ini pemanfaatan blotong umumnya adalah sebagai pupuk organik, dibeberapa
PG daur ulang blotong menjadi pupuk yang kemudian digunakan untuk produksi tebu
di wilayah-wilayah tanam para petani tebu. Proses penggunaan pupuk organik ini
tidak rumit, setelah dijemur selama beberapa minggu / bulan untuk diaerasi di
tempat terbuka, dimaksudkan untuk mengurangi temperatur dan kandungan Nitrogen
yang berlebihan. Dengan tetap menggunakan pupuk anorganik sebagai starter, maka
penggunaan pupuk organik blotong ini masih bisa diterima oleh masyarakat. Pada
perkembangan selanjutnya, upaya pemanfaatan blotong sebagai pengganti kayu
bakar mulai dilirik setelah kampanye penggunaan energi alternaif didengungkan.
Pemanfaatan blotong sebagai kayu bakar, sebenarnya sudah lama dijalankan oleh
masyarakat di sekitar PG, hal ini diawali dari pengalaman mereka setelah
melihat bahwa blotong bisa terbakar, dan timbulah pemikiran untuk memanfaatkan
blotong sebagai pengganti kayu bakar dengan cara menghilangkan kadar air yang
terkandung didalamnya.\ untuk memudahkan dalam penggunaanya sebagai kayu bakar,
mereka mencetak dalam ukuran yang mudah diangkut dan sesuai dengan ukuran mulut
kompor didapur mereka,
Proses pembuatan blotong pengganti kayu bakar sangat sederhana, limbah blotong
dari pabrik yang masih panas, diangkut dengan dump truk menuju lokasi
pengrajin/pembuat blotong kayu bakar, blotong ini kemudian dijemur di terik
matahari selama 2 - 3 minggu dengan intensitas matahari penuh. Sebelum total
kering, lapisan blotong ini dipadatkan dengan tujuan untuk mempersempit pori dan membuang sisa
kandungan air, kemudian dipotong seukuran batu bata untuk memudahkan
pengangkutan. Setelah dirasa cukup kering pada satu permukaan, bata blothong
ini dibalik, supaya sisi lainnya juga kering. Hasil yang diperoleh dari proses
ini adalah blothong seukuran batu bata yang bobotnya ringan karena kandungan
airnya sudah hilang.
Penggunaan, untuk keperluan memasak di kompor tanah mereka, blothong kering
tersebut masih harus dipotong menjadi ukuran yang lebih kecil menyesuaikan
lubang pemasukan kompor.
Dari data yang sudah kami peroleh, untuk satu rit blothong dilokasi radius
sampai dengan 5 km dari PG, pengrajin dikenakan ongkos Rp. 25 -30 ribu, untu
jarak yang lebih jauh dibicarakan dengan pengelola pembuangan blothong PG
tersebut. Dari satu rit blothong tersebut, setelah diolah dan kering, kemudian
dipindahkan ke dapur sebagai cadangan kayu bakar. Cadangan blothong / kayu
bakar ini cukup untuk memenuhi kebutuhan memasak sampai dengan musim giling
tahun depan.
Beberapa batasan dari proses pembuatan blothong /kayu bakar ini diantaranya
adalah : 1. Musim giling berlangsung satu tahun satu kali,. 2. Proses produksi
hanya bisa dilakukan pada saat musim kemarau 3. Belum semua PG memanfaatkan
blothong / kayu bakar ini sebagai pengganti minyak tanah atau kayu bakar,
disebabkan oleh proses pembuatan Gula antara satu PG dengan lainnya relatif
berbeda.
Atas dasar batasan terakhir, maka menjadi tanggung jawab pemerintah melalui PG
di seluruh Indonesia
untuk bisa memberi peluang kepada masyarakat untuk membuat blothong kayu bakar.
Sehingga masyarakat yang berpenghasilan rendah dapat terbantu dengan tidak
menggantungkan minyak tanah atau kayu bakar pada saat memasak. Itupun sebagai follow
up atas komitmen pemerintah dalam rangka kampanye program Alternative Energy
Concern,
Pemanfaatan Limbah Pabrik Gula dan Ethanol Menjadi Pupuk Organik Bernilai Ekonomi Tinggi
Berawal dari kesempatan yang diberikan kepada kami untuk
menangani masalah pengadaan, riset dan development, dari satu perusahaan yang
bergerak di Vagatable Food Processing & Packaging untuk tujuan
expor ke negara belahan Eropa dan Amerika. Kenyataannya, penerapan cara
Pertanian Organik Modern masih belum populer untuk diterapkan di negara kita,
sehingga perusahan tersebut memberikan kepercayaan lagi kepada kami untuk terus
mengembangkan sistem Pertanian Organik yang intergeted, agar hasil
dari pertaniannya bisa masuk pasaran Eropa dan Amerika yang sudah lama
meninggalkan sistem pertanian unorganik ( Kimia ).
Untuk menjaga tanaman dari hama dan pestisida kimia, kami mengembangkan Greenhouse,
yang berfungsi pula untuk menjamin kelangsungan produksi agar tidak tergantung
pada musim. Setelah Greenhouse jadi, dalam sekala percobaan, kami
menanam beberapa jenis komoditi yang akan kami expor di antaranya: cabe,
terong, dan tomat, langsung di atas tanah seperti biasanya.
Kami tidak menggunakan pestisida, karena kami menanam dalam
Greenhouse tadi, dengan di cover dengan net yang bisa menahan
hama Cabuk ( White
fly ) pembawa virus Bemicia tabaci yang cukup sulit untuk
diberatas.
Menanam di atas tanah seperti bisanya ternyata memerlukan
pemupukan secara kimia yang sangat banyak di luar kewajaran secara kalkulasi ekonomi,
dan dari hasilnya tidak bisa masuk katagori organik. Jadi dari kualitas dan
harga kita tidak bisa bersaing di pasar global.
Dengan kendala yang dihadapi itu, kami simpulkan untuk
memperbaiki tanah pertanian dengan penambahan bahan organik yang sudah hampir
hilang di seluruh tanah pertanian kita, akibat pemakaian pupuk kimia yang terus
menerus (hampir 30–35 tahun), dan upaya perbaikan tanah hampir tidak pernah
dilakukan.
Dengan perhitungn ekonomis, perbaikan tanah pertanian
memerlukan waktu dan biaya yang sangat tinggi, jadi kami mencoba menanam jenis
komoditas tadi di dalam polibag, menggunakan media yang umum di pakai, seperti
kotoran ternak, cocopeat, arang sekam dengan campuran yang disesuaikan dengan
jenis tamanan. Untuk tanaman yang hampir 22.000 tanaman/ha, memerlukan sekitar
200 tons media tanam untuk tahap pertama, selanjutnya hanya di tambah 25 % atau
50 tons/musim tanam/ha. Dan kami sangat kesulitan mendapatkan posokan media
tanam sebanyak itu.
Pengolahan Limbah Gula sebagai Pupuk Organik
Kebetulan lokasi kami berdekatan dengan pabrik gula dari
bahan tebu yang mempunyai limbah organik berupa blotong (filter cake),
dan abu boiler di Desa Kebon Agung Pakis Aji, Kabupaten Malang, Jawa Timur.
Blotong (filter cake) merupakan limbah padat hasil
dari proses produksi pembuatan gula, dimana dalam suatu proses produksi gula
akan dihasilkan blotong dalam jumlah yang sangat besar. Sebagai contoh, pada
tahun 2003 dalam satu proses produksi gula di P.G. Kebon Agung mampu
menghasilkan limbah blotong sebanyak 21.000 ton sedang di P.G PTPN X
mampu menghasilkan limbah blotong sebanyak 110.000 ton.
Sementara ini pemanfatan blotong, sebagai pupuk organik
masih belum maksimal dan penggunanya pun terbatas. Hal ini disebabkan karena :
- Pengolahan limbah blotong menjadi pupuk organik masih bisa dikatakan hanya asal-asalan, masih belum ditangani dengan menggunakan satu proses yang baik dan benar sehingga pupuk organik yang dihasilkan, masih belum sempurna.
- Minimnya pengetahuan petani akan manfaat penggunaan pupuk organik dari bahan blotong.
Vinasse merupakan limbah
cair yang dihasilkan dari proses pembuatan Ethanol. Dalam proses pembuatan 1
liter Ethanol akan dihasilkan limbah ( vinasse ) sebanyak 13 liter (1
: 13). Dari angka perbandingan di atas maka semakin banyak Ethanol yang
diproduksi akan semakin banyak pula limbah yang dihasilkannya. Jika limbah ini
tidak tertangani dengan baik maka di kemudian hari, limbah ini akan menjadi
masalah yang berdampak tidak baik bagi lingkungan.
Salah satu cara pemanfaatan limbah ini yaitu dengan merubah
vinasse menjadi pupuk organik cair dengan menggunakan metode tertentu.
Hal ini mungkin dilakukan karena kandungan unsur kimia dalam vinasse
sebagian besar merupakan unsur organik yang berguna dan dibutuhkan bagi
pertumbuhan tanaman.
Di Indonesia penggunaan pupuk organik sangat minim
dilakukan oleh petani. Hal ini dikarenakan sedikitnya produsen pupuk organik,
dan minimnya pengetahuan petani tentang manfaat pengguanan pupuk organik.
Dengan adanya hal tersebut di atas maka akan tepat jika
limbah yang sedemikian besar tadi dimanfaatkan menjadi pupuk organik.
Limbah filter cake, abu boiler, dan vinasse
merupakan bahan organik. Untuk bisa menjadi pupuk organik yang siap
diaplikasikan maka diperlukan suatu proses dekomposisi bahan oleh bantuan
mikoorganisme. Proses daur ulang limbah menjadi pupuk dapat dilakukan dengan
menggunakan mikroorganisme secara manual. Sekitar 20-23 hari, proses
thermopolik bisa tercapai, maka jadilah humus yang kandungan unsurnya cukup
bagus dan berguna untuk memperbaiki struktur tanah.
Peluang Pasar
Seiring dengan kebijakan pemerintah tentang pertanian
organik dan gerakan moral yang menyerukan kembalinya pemakaian bahan-bahan
organik seperti untuk pupuk, pestisida dan lain-lain. Sebagai bahan dasar dalam
usaha pertanian, maka kebutuhan bahan organik terutama pupuk organik menjadi
semakin besar. Hal ini sangatlah beralasan karena pemakaian bahan organik pada
usaha pertanian lebih menguntungkan bila ditinjau dari nilai ekonomis, keamanan,
lingkungan dan kesehatan.
Akan tetapi kebutuhan pupuk organik yang terus meningkat
dari tahun ke tahun tersebut tidak diimbangi dengan suplay pupuk organik yang
mencukupi. Hal ini dikarenakan sedikitnya produsen atau pengolah pupuk organik
yang ada di tanah air. Disamping itu bisnis pupuk organik ini dinilai kurang
menguntungkan oleh produsen pupuk jika dibanding dengan pupuk kimia.
Hal tersebut sebenarnya bukan dikarenakan tidak adanya
kebutuhan pupuk organik di tingkat konsumen (petani) tetapi lebih mengacu
kepada ketidak-tahuan petani akan manfaat dari penggunaan pupuk organik
tersebut dan keengganan pihak yang terkait untuk memberikan penyuluhan tentang
hal tersebut.
Pupuk organik akan menjadi suatu bisnis yang sangat
menguntungkan apabila kesadaran petani akan manfaat penggunaan pupuk organik
baik jangka pendek maupun jangka panjang semakin meningkat. Hal ini dikarenakan
sebagian besar penduduk Indonesia
pada umumnya bermata pencaharian di sektor pertanian.
Kita bisa mengetahui besarnya potensi pasar pupuk organik
ini yaitu dengan mengasumsikan kebutuhan pupuk organik per ha x luas areal x
musim tanam setiap tahunnya. Untuk lebih jelasnya, kita ambil contoh kebutuhan
pupuk organik di Kabupaten Malang, yaitu sawah 819.044,20 ton/th, tegal 901.912
ton/th, perkebunan 305.640 ton/th. Maka jumlah kebutuhan pupuk organik di
Kabupaten Malang keseluruhan 2.020.596 ton/th.
Dari uraian table diatas dapat diketahui besarnya potensi
pasar pupuk organik di kabupaten Malang
dan apabila pasar ini dapat dikelola dengan suatu sistem yang baik, maka
peluang bisnis pupuk organik ini masih terbuka sangat lebar.
jelajahi indahanya sumber air panas parang wedang, taman sari, bantul jogjakarta
jelajah indahnya pantai parangtritis dan sumber air panas parang wedang. projo taman sari, bantul jogjakarta :)
Sabtu, 08 September 2012
Jumat, 07 September 2012
Cara menanam tomat
Sebelum menanam tomat, kita harus mengetahui terlebih dahulu sifat-sifat tomat yang berhubungan dengan musim. Tomat yang ditanam pada musim hujan sebenarnya dapat hidup subur meskipun kendalanya cukup banyak. Hasil tomat pada musim kemarau lebih baik, tetapi banyak diserang hama.
Berikut ini adalah cara menanam tomat:
# Siapkan tanah sebagai media untuk menanam tomat.
Tomat dapat hidup subur bila tanah gembur. Oleh karena itu tanah harus dicangkul, ditraktor, atau dibajak terlebih dahulu. Kedalaman pencangkulan sebaiknya antara 30-40 cm. Setelah dicangkul, biarkan selama beberapa hari agar terkena sinar matahri untuk mengurangi kemungkinan adanya hama dan penyakit
# Buat bedengan
Buatlah bedengan di tanah yang telah gembur tersebut. Lebar bedengan kurang lebih 100 cm - 200 cm dan panjang 10 m - 15m atau bisa disesuaikan dengan keadaan tanah. Setelah bedengan selesai dibuat, tanah bisa dihaluskan / diratakan.
# Pemberian pupuk
Berikan pupuk dasar yang berupa kompos dan TSP. Pemberian pupuk bisa dengan cara pupuk ditabur rata diatas permukaan tanah kemudian tanah dicangkul agar tercampur rata. Atau bisa juga dengan menggunakan cara membuat lubang sedalam 15 cm dan bergaris tengah 20 cm dan pupuk dimasukkan ke dalam lubang-lubang tersebut kemudian ditimbun tanah dan diaduk-aduk sampai pupuk dan tanah tercampur rata.
# Persemaian
Biji / benih bisa langsung ditanam di lahan yang telah disiapkan atau bisa juga disemai lebih dahulu. Persemaian bertujuan untuk memudahkan perawatan.
# Penanaman
Tomat ditanam dengan 2 macam jarak tanam yaitu sistem dirempel (jarak tanam 50x50 cm atau 60x60 cm) dan sistem bebas. Cara menanam dengan sistem bebas bertujuan utnuk membiarkan tunas-tunas tumbuh menjadi cabang besar dan berbuah.
# Pemupukan dan perawatan
Setelah semua benih ditanam, kita tinggal memberikan pupuk dan merawat tanaman tomat kita. Jenis pupuk yang diberikan bisa berupa kompos ataupun pupuk yang lain
Langganan:
Postingan (Atom)